Summary :How to Deal with Children Addicted to Social Media? by Dr. Shefali Tsabary

 (www.dailymail.co.uk)

Menurut Dr Shefali Tsabary seorang terapis dan psikolog perihal ilmu pengasuhan anak (parenting), hubungan orang tua dengan sosial media adalah contoh bagi anak-anak mereka. Anak-anak jaman sekarang sangatlah ketergantungan dengan dunia media sosial, dan faktanya adalah bahwa mereka memang tumbuh dan berkembang pada era teknologi modern, era internet dan ini bukanlah era dimana para orang tua mereka saat itu tumbuh dan berkembang. Intinya bahwa, masa anak-anak dan masa orang tua ketika seumuran mereka jelas sangat berbeda dan tidak dapat disamakan.

Dikarenakan perbedaan generasi tersebut, ada beberapa hal yang sangat perlu di mengerti oleh para orang tua saat ini dalam menghadapi anak-anak yang ketergantungan akan media sosial, diantaranya :

1) Terimalah Kenyataan


Yang dimaksud disini adalah, perlu dimengerti bagi para orang tua untuk menerima kenyataan bahwa memang era saat ini adalah era digital, anak-anak mereka tumbuh pada masa ini, bukan masa lalu ketika para orang tua seumuran anak-anak mereka. Jika orang tua terus-terusan mencoba menolak kenyataan tersebut, pada akhirnya anak-anak akan mencari cara untuk menyembunyikan kehidupan sosial medianya dari orang tuanya. Dengan orang tua yang terus bersikap menentang anaknya hidup dalam media sosial, hal ini hanya akan menimbulkan pertengkaran yang semakin menjadi dan konflik yang berkepanjangan antara orang tua dan si anak.

2) Perlunya Batas dan Sosial Media

Batasan itu sendiri tidak bisa dibuat secara mendadak, namun batasan itu perlu di tanam dan hidup. Para orang tua harus tahu dahulu batasan-batasan mereka dalam kehidupan mereka di media sosial sebelum mereka memberikan batasan-batasan kepada si anak. Janganlah menjadi orang tua yang munafik dengan alibi, "papa/mama lagi kerja ini dengan hp.", dsb. Ketika si orang tua menggunakan instagram, banyak dari mereka berdalih , "papa/mama di instagram buat sambil kerja", sedangkan ketika si anak menggunakan instagram, si orang tua langsung beranggapan bahwa si anak hanya bersenang-senang dan membuang waktu. Itulah yang disebut dengan Hypocrasy atau kemunafikan. 

Yuk, sedikit tanyakan kepada diri masing-masing khususnya para orang tua , "Ketika kalian sedang berada di meja makan bersama keluarga, apakah mata dan tangan kalian masih tertuju kepada hp kalian?", "selagi dalam perjalanan, apakah mata dan tangan kalian selalu tertuju kepada hp kalian?".  Hayo, betul atau betul? fakta atau fakta? 😅

Jika si orang tua itu sendiri sudah bisa mengendalikan dirinya dalam dunia media sosialnya, barulah mereka bisa mulai mendekati si anak untuk mengubah kebiasaan si anak terhadap media sosial. Fakta ini sangat benar adanya, bahwa kehidupan media sosial sangatlah menarik, adiktif dan mengasyikkan, maka dari itu, ketika si orang tua sudah mulai sadar akan mengontrol dirinya dalam media sosial, inilah waktu mereka untuk mencoba menjadi si "media sosial" tersebut bagi si anak. Yang di maksud adalah, untuk mengubah kebiasaan anak terhadap media sosial, maka orang tua perlu menjadi sosok yang menarik dan mengasyikkan bagi si anak. Bukannya malah ketika anak bercerita tentag dunia media sosialnya, si orang tua malah marah-marah, berceramah panjang lebar, mengejek, terlalu keras mengatur dan menekan mereka. Jika hal tersebut terjadi, wajar jika si anak akan lari dan bersembunyi dalam kehidupan media sosialnya.

3) Jangan Melihat Sosial Media Sebagai Ancaman

Ajarkan si anak bahwa ada hal-hal positif didalam kehidupan media sosial. Ada banyak cara untuk para orang tua memanfaatkan media sosial dengan sehat yang bisa diajarkan kepada anaknya dan menjadi contoh bagi mereka.

Namun, sangat disayangkan bahwa saat ini, para orang tuapun ikut candu dengan dunia media sosial. Ketergantungan yang dialami olah si orang tua terhadap kehidupan maya tersebut, memacu mereka untuk terus menyiarkan postingan di media sosial, menunggu berapa banyak likes yang mereka dapat, dan hal ini membuat mereka menjadi candu dan tidak dapat melepaskan mata dan tangan mereka dari layar hpnya. Jika si orang tua menggunakan media sosial untuk tujuan semacam itu (meningkatkan rasa "narsis dan kepedean atau sense of self), makan hal inilah yang akan di contoh oleh si anak. Si anakpun akan beranggapan bahwa hal tersebut wajar dan layak di lalukan.

Sebagai orang tua, tunjukkanlah kepada si anak bahwa media sosial adalah portal untuk koneksi. Bahwa teknologi adalah landasan atau dasar yang subur untuk terkoneksi dengan dunia global dan melihat dunia lebih luas.

Orang tua harus sadar bahwa mereka adalah role model (contoh) bagi si anak. Hubungan orang tua dengan media sosial adalah contoh bagi si anak berhubungan dengan dunia tersebut. Jadi mudahkan caranya mengubah kebiasaan anak agar tidak candu media sosial? Jadilah contoh bagi mereka, 

Jadi, buat kalian yang mau liat video tentang tema ini langsung dari Dr Shefali, kalian bisa cek Facebooknya, tapi for your information vidoenya dalam bahasa inggris. Semoga rangkuman dalam bahasa indonesia ini bisa bermanfaat bagi semuanya, baik bagi para orang tua maupun yang akan menjadi orang tua kedepannya 🤞




Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya

Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas