Makanan Halal Terfavorit Anak Magang di Negeri Bunga Mawar

Sebagai seorang muslim, berada di perantauan apalagi di negera dengan minoritas penduduk muslim, salah satu tantangan yang cukup berat adalah mencari makanan halal. Untuk memenuhi kategori makanan halal, emang gak hanya dinilai dari jenis makanannya tetapi cara pengolahannya juga. Well, sebagai minoritas tentunya cukup sulit untuk mencari makanan yang memenuhi kategori halal tersebut, jadi semasa magang kala itu musim panas 2017, prinsip gue dalam mencari makanan adalah yang penting daging ayam ataupun sapi, selagi udah memenuhi persyaratan tersebut inshAllah halal walaupun cara pengolahannya gue sendiri gak yakin. Selain itu, salah satu cara lainnya adalah dengan memilih restoran Turki. Alhamdulillah banget Bulgaria itu tetanggaan sama negera Turki, jadi ya gak susah-susah amat sih cari restoran Turki disana, lagipula menurut gue juga restoran Turki itu selalu menjadi opsi bagi muslim di negera-negara minoritas penduduk muslim, karena makanan Turki cukup mendunia, khususnya kebab. 

Kebab menjadi salah satu makanan andalan gue dan kawan-kawan selama magang, selain harganya terjangkau, penjualnya mayoritas imigran Turki jadi inshAllah halal (walaupun disini gak bermaksud men-generalisir semua penduduk Turki itu muslim ya) dan yang jelas porsinya lebih dari cukup  untuk membuat perut kenyang. Gue dan temen sepermagangan kala itu tau tempat ini dari salah satu staff KBRI Sofia dimana gue magang, namanya mas Aqsa. Singkat cerita, sesampainya di Sofia tengah malam, gue dan temen-temen dijemput di bandara oleh mas Aqsa dan karena sudah larut malam, mungkin dia tau anak-anak ini cukup kelaparan setelah perjalanan yang cukup panjang, jadi di traktirlah kami sama mas Aqsa untuk beli kebab gak jauh dari KBRI Sofia. Sejak hari itu, kebab ini menjadi kebab favorit gue dan kawan-kawan. 

Oh iya, kalau kalian mendengarkan kata kebab, pasti kalian akan langsung berpikir kebab itu kecil isinya daging , sayur dan tomat, iya gak sih? Pasti yang terlintas adalah kebab yang ada di pinggir jalan yang biasa kita makan sebagai masyarakat Indonesia. Tapi, kebab yang gue makan disana agak berbeda, lebih tepat namanya disebut Doner. Kalau kalian ke mall-mall yang ada di Indonesia, ada outlet doner di beberapa mall tertentu, tapi gue sendiri sih belum pernah nyoba, jadi gak tau rasa dan bentuknya sama atau enggak seperti yang gue makan di Sofia. Jadi, si doner yang gue makan ini, dia porsinya cukup besar karena isinya gak cuma daging, selada dan tomat tapi ada bawang, saos bawang dan french fries atau kentang goreng. Selain itu, proses penyajiannya juga berbeda, kalau kebab di Indonesia tortillanya diisi terlebih dahulu lalu dilipat dan dimasak diatas teflon dengan api kecil, sedangkan doner yang gue makan di Sofia, tortillanya di hangatkan diatas teflon dengan sedikit minyak/mentega terlebih dahulu, lalu baru dimasukkan segala macam isian dan langsung di bungkus. Jadi, tortillanya gak renyah seperti kebab yang dijual di Indonesia pada umumnya. Dengan isian daging , sayur dan kentang, pastinya porsinya bikin kenyang. Eh tapi, gak perlu khawatir, karena untuk doner ini ada sizenya, ada yang kecil , sedang dan besar. Jadi, bisa disesuaikan dengan porsi makan masing-masing. Gue sendiri jelas lebih sering pilih yang sedang, jadi cukup banget diperut gue, gak terlalu kenyang dan juga gak kekurangan. Oh iya, gue sampe lupa, kalau di tempat kebab favorit gue ini mereka menyediakan sambal untuk kebab. Ini beneran sambal yang terbuat dari cabai ya, bukan saos instan. Gue sih suka dengan rasanya, selain pedas ada rasa sedikit pahit juga. Tapi jangan dibandingkan dengan sambal yang ada di Indonesia ya, karena emang gak penuh cita rasa seperti sambal-sambal kita di bumi ibu pertiwi ini hehe

Selain alasan-alasan tersebut, kebab ini menjadi makanan favorit gue karena lokasinya cukup dekat dari KBRI Sofia tempat gue magang, cukup jalan langsung deh sampai. Kadang sewaktu jam istirahatpun sering beli kebab disini, lalu makannya di taman gak jauh dari situ. Untuk harga gue lupa detailnya berapa , cuma untuk ukuran sedang yang biasa gue beli harganya kisaran 3-4 leva (antara 24-32 ribu rupiah), cukup murah dong untuk sekali makan di Eropa haha  

(taraaaa ini dia doner favorit, sorry ya fotonya cuma ambil dari IG story , karna baru ngeh foto aslinya udah gak punya wkwk diameter kebabnya aja melebih genggaman tangan gue, kebayang dong gedenya)


(dua foto diatas adalah food court favorit tempat beli kebab, dari awal sampai akhir magang pokoknya selalu beli disini karena penjualnya imigran Iran dan Turki jadi inshAllah halal dan dagingnya adalah daging ayam )
(taman dekat food court salah satu tempat favorit untuk duduk santai menyantap doner)

(penjualnya juga ramah dan asik banget walaupun dengan keterbatasan bahasa dalam berkomunikasi)

Selain Doner, ada satu lagi tempat makanan turki favorit selama magang, yaitu restoran T&L kebab. Lokasinya cuma seberangan sama food court doner yang biasa gue beli. Restoran ini cukup ramai pengunjung, gak cuma  masyarakat keturunan muslim aja yang makan disini, tapi juga penduduk lokal setempatpun memenuhi restoran ini, khususnya di jam makan siang. Wilayah yang cukup strategis yaitu pusat para pelajar, menjadikan  food court dan restoran turki ini ramah di kantong masyarakat setempat, termasuk kami mahasiwa magang dari Indonesia yang harus nge-press budget makan hahah. Menu di restoran T&L Kebab ini cukup berfavariasi, disini juga gak cuma makanan khas Turki yang bisa kalian santap, tetapi juga minuman yaitu teh turki, asik bangetkan jadi berasa di Turki? 🤣 Untuk harga emang jelas gak semurah dibandingkan kebab food court, makanya gue makan disini gak sesering gue makan doner. Tapi ada satu makanan yang mengingatkan akan cita rasa masakan Indonesia, yaitu sate. Jadi, ketika lagi kangen masakan Indonesia, menu ini bisa di ambil sebagai opsi. Tapi sayangnya gue lupa banget namanya apa, cuma fotonya akan gue share di bawah ini. Di restoran T&L ini, menu-menu yang disajikan juga ada yang menggunakan nasi, ya walaupun nasinya jelas beda sama nasi yang kita santap di Indonesia, karena nasinya dimasak biar, but it's still good tho. 

(ini daging ayam ya, gue lupa banget namanya apa , kalau makan ini, anggap aja lagi makan sate pakek nasi haha)

Biar gak pada penasaran, gue kasih tau kisaran harga di restoran ini, harga untuk seporsi seperti makanan untuk foto yang ada di atas sekitar 40-60 ribuan, ya pokoknya gak sape 100ribu rupiah untuk sekali makan). Sayang banget gue kala itu gak banyak foto-foto makanan yang gue makan selama magang, jadilah cuma foto-foto diatas yang sempat diabadikan. Buat kalian yang mungkin suatu hari ada rencana keliling negara-negara balkan termasuk Bulgaria, kalian bisa mampir ke restoran T&L kebab itu, lokasinya ada di Studentskigrad. Sedangkan untuk food court doner langganan yang biasa gue beli itu, denger-denger kabar terakhirnya udah gak ada lagi, ntah foodcourt disana pada pindah atau bagaimana, gue sendiri juga kurang tau pastinya. 

Jadi, buat kalian yang akan melakukan perjalanan (traveling), lanjut studi , kerja ataupun alasan lainnya yang membuat kalian harus tinggal di negera minoritas muslim khususnya di Benua Eropa, makanan-makanan turki bisa menjadi opsi terbaik yang  kalian ambil untuk mengantisipasi makanan yang tidak halal, walaupun tidak menjamin proses pemotongannyapun halal. Karena pasti tau dong, mencari restauran Indonesia di Eropa itu enggak semudah mencari restoran Turki hehe But wait, sekarang kabar baiknya di Sofia , Bulgaria udah ada restoran Indonesia pertama yang didirikan oleh salah seorang warga negara Indonesia yang sudah puluhan tahun menetap di Sofia. Jadi, kalian gak usah kebingungan lagi kalau rindu masakan Indonesia jika sedang berada di Bulgaria, kalian bisa datang ke restoran tersebut, yaitu Yati Cooking Restoran. Kalian bisa langsung search di google ataupun facebook, maka akan muncul kok fanpage restoran tersebut. Kala gue magang 2017 saat itu sih belum ada nih restoran, jadi sayang banget gue sendiri pun belum pernah merasakan makan disana. Tapi gue yakin kok, makanannya terjamin enak dan bersih, karena Ibu Yati sang pemilik restoran ini dulunya sempat bekerja di KBRI Sofia, jadi gue pun pernah merasakan masakan si ibu. So, akankah Bulgaria menjadi destinasi perjalananmu selanjutnya setelah pandemi mereda?

 

Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya

Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas