Segelintir Cerita di Balik Keputusan Merantau ke Hiruk Pikuknya Ibu Kota



    Pada saat itu awal tahun 2019, seorang gadis rumahan yang menghabiskan lebih dari 20 tahun hidup  dan tinggal bersama kedua orang tuanya memutuskan untuk melangkahkan kaki ke ibu kota. Jujur itu bukanlah keputusan yang mudah baginya, karena selama lebih dari 20 tahun hidupnya, ia tidak pernah sekalipun tinggal terpisah dari keluarga, kecuali pada saat KKN dan magang tentunya, itupun hanya memakan waktu sekitar satu bulan. Namun, ia sendiri yang memutuskan untuk melangkahkan kaki meninggalkan kenyamanan kota tempat dimana ia di besarkan, Kota Jogja. Meskipun cukup berat baginya mengambil keputusan tersebut, namun di lubuk hati terdalamnya ia sangat antusias akan momen membuka lembaran baru dalam hidupnya tersebut. Mungkin karena sejak kecil sebagai anak sulung ia di didik untuk menjadi wanita mandiri, sehingga momen kepindahannya ke kota perantauan tersebut terlihat sangat menarik baginya. Dibalik keputusannya tersebut, terselip sebuah alasan yang cukup kuat mendorongnya mantap untuk merantau. Alasan yang tidak banyak diketahui orang, karena baginya cukup orang lain tahu bahwa ia memutuskan merantau hanya karena ingin mengejar karir dan masa depan titik tidak ada alasan lain selain itu. Padahal, ada satu alasan yang cukup mendasari keputusannya tersebut, yang hingga saat inipun hanya segelintir orang saja yang ia biarkan mengetahui alasannya tersebut.

    Alasan yang mungkin bagi sebagian besar orang terdengar terlalu kekanak-kanakan. Iya benar, salah satu alasan yang mendasari kepergiannya dari kota ternyaman tersebut adalah rasa patah hatinya. Terdengar sangat childish bukan ? Wajar jika terdengar begitu, karena memang faktanya ia mencoba lari dari kenyataan. Bagi kalian mungkin alasan patah hati ini terdengar cukup konyol dan merupakan hal sepele, namun tidak baginya. Patah hati pada saat itu benar-benar membebani hidupnya, memenuhi hidupnya dengan tangis dan kegalauan. Sayang sekali emang, ia tipikal gadis yang sangat sensitif, sehingga sedikit saja ia merasa sedih, moodnya bisa hancur seharian, bahkan tangisan bisa membuat matanya sembab. Hah, lebay sekali ya gadis ini. 

    Melarikan diri dari rasa sakit itu memang bukan satu-satunya alasan kepergiannya dari Jogja yang istimewa. Namun setidaknya, keputusan yang ia ambil tersebut tidaklah sepenuhnya salah. Dengan merantu, tidak bertemu kembali dengannya, begitupun juga dengan kenangan tentangnya, buktinya ia mulai bisa menata hatinya kembali, perlahan demi perlahan hidupnyapun mulai kembali ceria sepenuhnya.  Membutuhkan waktu memang, namun bukannya tidak ada yang instan dalam hidup ini? Semua butuh proses, pun dengan mengobati hati yang pernah terluka. Dengan berjalannya waktu, hiruk pikuk kota metropolitan beserta kesibukan mencari kerja, akhirnya iapun mampu melupakan rasa patah hatinya dan semua kenangan menyakitkan tersebut. Klasik sekali bukan kisah perjalanan gadis ini yang melarikan diri dari kenyataan tersebut? Bagaimanapun, seberat apapun kehidupan kota Jakarta, nyatanya kota tersebut berperan penting dalam mengembalikan semangat dan keceriaan hidup gadis tersebut. Membuat ia menjadi mengerti lebih dalam mengenai arti hidup dan hal-hal yang mungkin sebelumnya tidak ia sadari selama ini, bahwa hidup itu jauh lebih indah ketika kita berani melangkahkan kaki dan tidak tinggal diam dimasa lalu.

See you in the following story of Jakarta 🧡

Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya

Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas