Kenapa Memilih untuk Belajar Menjalani Gaya Hidup Minimalis?

 

    Mendengar kata minimalis, biasanya yang langsung terbersit dalam benak adalah sesuatu yang kecil dan sedikit atau dapat juga disebut sederhana. Definisi tersebut tidak salah tentunya. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gaya hidup minimalis tersebut? Seperti yang kita ketahui, gaya hidup itu adalah pola, tingkah laku dan cara hidup manusia, maka gaya hidup minimalis tersebut dapat kita artikan sebagai pola, tingkah laku dan cara hidup yang sederhana. Lalu, apakah gaya hidup minimalis itu sekedar sebatas gaya hidup sederhana dengan minim barang? Tentu tidak, karena gaya hidup minimalis tersebut jangkauannya cukup luas. Gaya hidup berarti cara hidup manusia, maka yang terlibat di dalam definisi gaya hidup minimalis tidak hanya barang yang dimiliki, namun lebih dari itu, yaitu bagaimana mengubah mindset dalam menjalankan hidup.

    Mungkin beberapa orang akan bertanya-tanya, kenapa sih seseorang tersebut memutuskan untuk menjalankan hidup minimalis? Apa enaknya? Wajar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul, bahkan mungkin akupun dulu juga mempertanyakan hal-hal tersebut sebelum memutuskan untuk  menjalani hidup minimalis, ya meskipun sekarang juga masih banyak harus belajar dalam menerapkannya secara konsisten. Ketika seseorang mengambil keputusan, tentunya pasti dilandasi dengan berbagai pertimbangan, atau mungkin pelajaran hidup yang pada akhirnya menuntun seseorang untuk berani mengambil langkah berbeda. 

     Mungkin beberapa orang terdekat sudah tahu bahwa saat ini aku sudah mulai menjalani gaya hidup minimalis, meskipun tidak semuanya tahu alasan dibalik keputusan besar tersebut. Dan mungkin juga yang melandasi keputusan tersebut adalah dari pelajaran kehidupan yang aku jalani waktu semasa awal-awal pandemi. Loh, kenapa awal-awal pandemi? Yups, karena pada awal-awal masa lockdown pandemi, adalah titik puncak dimana pada akhirnya aku menyadari bahwa hidupku selama itu sudah cukup boros (tingkat keborosan dalam definisiku sendiri tentunya hehe). 

    Singkat cerita, sebagai anak yang terlahir dari keluarga biasa-biasa saja, tidak bertabur kemewahan dan tidak segampang itu membeli barang ini dan itu, ketika akhirnya memasuki dunia kerja dengan memiliki penghasilan sendiri, mendorongku menjadi manusia yang cukup boros pada waktu itu. Mungkin untuk taraf Jakarta, gajiku bukanlah gaji yang besar, namun sebagai anak yang baru saja masuk dunia kerja dan memiliki penghasilan sendiri, muncullah kepuasan tersendiri sehingga merasa bahwa "aku berhak membeli ini itu, toh aku sudah capek-capek kerja, anggap saja self-reward.". Mindset tersebut tertanam dibenakku bahkan selama setahun lebih. Kebayang gak, ketika mindset tersebut sudah tertanam selama setahun lebih, bagaimana jika terus tertanam hingga suatu hari aku memiliki gaji lebih besar dari saat itu? Tentunya kehidupan finansial akan semakin kacau. Meskipun kalau mau dibilang boros-boros banget juga enggak, jika dibandingkan dengan kehidupan manusia-manusia metropolitan yang sesungguhnya. Tapi, karena aku tumbuh dan besar di kota Jogja yang notabennya sederhana, menurutku kehidupanku di Jakarta pada waktu itu sudah cukup boros.

  Hingga pada akhirnya, pandemi menyerang bumi pertiwi ini dan pemerintah mulai memberlakukan lockdown  per akhir bulan Maret 2020, tepatnya setahun yang lalu. Selama lockdown, tentunya sebagian besar perusahaan mempekerjakan karyawannya di rumah, dan pada saat work from home tersebutlah, titik dimana aku mulai sadar bahwa gaya hidup harus mulai diubah. Mungkin gak cuma aku doang ya yang ketika WFH, intensitas membuka tutup aplikasi e-commerce menjadi semakin meningkat, di tambah pada masa pandemi harus meminimalisir keluar rumah bahkan untuk sekedar belanja. Karena keseringan buka tutup aplikasi e-commerce, akhirnya jadilah hobi belanja online dan dengan mudahnya jari-jari ini check out keranjang belanjaan. Kalian juga begitu gak sih pada masa-masa awal pandemi? Atau bahkan sampai sekarang? hehe

    Pada saat itu, entah udah berapa banyak keranjang belanja yang aku check out, padahal kalau di pikir-pikir lagi, barang-barang yang aku beli itu juga gak semuanya penting, bahkan banyak yang aku beli karena luculah, karena murahlah, dan karena "masih ada sisa saldo e-money di aplikasi tersebut". Parah ya kalau pola hidup terus menerus begini? Untungnya, pada bulan Mei tahun lalu, secara gak sengaja aku liat vlog salah satu influencer hidup minimalis yang juga seorang aktris yaitu Angela Gilsha terkait kontennya perihal hidup minimalis. Hingga akhirnya aku kepo-kepo juga vlog influencer yang juga terkenal dengan konten minimalis lainnya yaitu Fanny Sebayang. Kalian asing gak dengan nama-nama tersebut? Awalnya aku cuma liat satu vlog yang pada akhirnya men-trigger aku buat semakin kepo dengan gaya hidup minimalis tersebut. Thanks God aku nonton vlog-vlog mereka hingga akhirnya aku tersadar bahwa selama ini hidupku sudah cukup boros. 

    Dari vlog para influencer dan buku yang aku baca terkait hidup minimalis, dapat aku tarik kesimpulan bahwa gaya hidup minimalis itu tidak sekedar memiliki sedikit barang, melainkan bagaimana kita menerapkan mindset untuk hidup berkecukupan dan berkesadaran. Berkecukupan disini yang dimaksud adalah cukup sesuai kebutuhan, bukan sekedar keinginan karena pada dasarnya kebutuhan manusia hidup itu sebenarnya sangatlah sederhana dan sedikit, hanya saja sering kali nafsu, ego dan keinginan sesaat yang membuat hidup terlihat memiliki banyak kebutuhan, padahal kenyataannya tidak. Selain itu, yang di maksud dengan berkesadaran adalah sadar akan nilai dari setiap barang yang kita miliki. Sering gak sih kita itu beli atau punya barang tanpa sadar akan nilai guna dari barang yang kita miliki? Ya karena mungkin belinya hanya karena nafsu sesaat, sehingga tidak memaksimalkan nilai dari barang-barang tersebut. Jika kita hidup selalu merasa cukup dan sadar akan nilai dari setiap barang, pada akhirnya kita dapat mulai belajar untuk menerapkan dan berproses hidup minimalis. Dengan semakin sedikitnya barang yang kita miliki, bukannya hidup justru akan semakin ringan untuk dijalani, karena kita tidak memiliki keterikatan dengan barang-barang yang menumpuk dan hanya akan membebani pikiran kita? Setidaknya, inilah mindset awal yang aku coba terapkan dalam hidup sebelum akhirnya benar-benar mengambil aksi decluttering (mengurangi barang-barang) dalam memulai perjalanan hidup minimalis yang sedang aku jalani setahun belakangan ini. Apakah kalian mulai tertarik juga dengan gaya hidup minimalis ini? Sampai jumpa di cerita perjalanan hidup minimalis selanjutnya ~

Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya

Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas