Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas

    


    Seumur hidup belum pernah rafting karena gak bisa renang, jadi bawaannya takut kalau hanyut di sungai. Tapi perjalanan ke Bali akhir tahun lalu akhirnya memberikan pengalaman yang sangat berbeda. Karena tujuanku ke Bali bukan cuma jalan-jalan, tapi juga karena mau ketemu sama teman lama, jadi ya sekalian aja gabung di acara dia dan teman-temannya. Sedikit disclaimer, teman ku ini bule dan ke Bali bareng dengan sekitar 30 orang bule lainnya (temen satu kelasnya). Pada hari aku sampai di Bali, kebetulan mereka lagi ada acara rafting di Ubud, itu kenapa sesampainya di Denpasar aku langsung cari grab ke Ubud (karena grab adalah jalan pintas haha).

    Singkat cerita, setelah sampai di hotel The Element by Westin Ubud Bali tempat para bule itu stay, aku bersih-bersih dulu karena hampir 24 jam gak mandi di dalem bus. Setelah bersih-bersih, sekitar jam 9, kita berangkat rafting. Dari hotel ke lokasi agen raftingnya gak terlalu jauh, kalau gak salah ingat waktu itu menempuh sekitar 10 - 15 menit menggunakan motor/mobil. Sesampainya disana, aku cukup sedikit culture shock sih karena literally isinya bule semua dan aku satu-satunya warlok disana (kecuali instruktur dan pegawai agennya ya haha) dan bukan hal yang aneh ketika semuanya pada copot baju dan hanya pakek bikini, sedangkan aku bener-bener satu-satunya orang yang ikut dalam rombongan itu dengan baju tertutup alias berhijab. Gak di pungkiri juga, beberapa dari para bule itu agak melihat aneh ke arahku. Mungkin dalam benak mereka berkata . "Ini orang mau rafting  tapi pakai pakaian kok tertutup gitu.". Tapi alhamdulillah beruntung banget, karena waktu itu temenku seperti biasa dengan humblenya ngenalin aku ke hampir semua temen-temen bulenya itu, walaupun jujur aku gak bisa inget semua  namanya, jadi ke awkward-an yang aku rasain lumayan berkurang (dasar manusia overthinking ini hehe) 

    Waktu itu, aku ngerasanya kayak lagi tinggal di Indonesia dan justru malah ngerasa sebagai orang asing sih, bukan sebagai warlok. Kenapa? Karena, aku justru jadi minoritas diantara mereka, dan sebagian dari mereka malah lebih tau banyak tentang Bali karena udah dua mingguan tinggal disana. Kebayang gak gimana rasanya sebagai pribumi di negara sendiri tapi ngerasa sebagai orang asing? Gitulah rasanya haha Tapi pengalam kali ini bener-bener luar biasa sih, karena moment seperti ini aku yakin banget belum tentu terjadi sekali seumur hidup dan gak semua orang mendapatkan pengalaman serupa, jadi aku bener-bener bersyukur karena temenku ngajak aku ikutan rafting bareng mereka.

     Dikarenakan rafting  ini diselenggarakan oleh para bule tersebut dalam bentuk kelompok, dan akupun ngikut secara gratisan (rejeki yang harus di syukuri banget sih ini) udah dibayarin sama temenku, jadi aku bener-bener gak tau berapa biaya perorang untuk ngikut rafting ini. Cuma, berdasarkan hasil riset ku melalui google (tentunya), estimasi biaya yang dikeluarkan per orang sekitar 170.000 - 250.000 tapi ini tergantung kapasitas berapa orang ya, semakin sedikit orang yang ikut, biasanya harganya akan semakin mahal dan harga inipun bisa berubah kapanpun. Sekali lagi, karena ini liburan gratisan, aku juga lupa banget nama agen penyedia jasa rafting  ini. Tapi, kalau kalian berminat untuk nyobain rafting di Ubud, bisa banget kok cari di google  dan hubungi langsung agennya untuk kepastian harganya. Jadi, kali ini aku belum bisa share detail harga untuk raftingnya, tapi yang mau aku share lebih terkait pengalamannya mengikuti rafting ini dengan para bule-bule.

    Oh iya, karena sungainya berada di bawah, jadi untuk sampai ke lokasi titik awal rafting, kita harus menuruni cukup banyak anak tangga, jadi ya lumayan juga agak ngos-ngosan kalau gak pernah olahraga hehe Dan sebelum mulai acaranya, instrukturnya akan mengajak semua peserta untuk pemasaran terlebih dahulu. Setelah pemanasan dan sampai di titik keberangkatan, instruktur akan kasih beberapa instruksi terkait bahasa isyarat dalam kegiatan rafting ini. Dan sepengalamanku mengikuti rafting  itu, instrukturnya bener-bener seru dan sangat bertanggung jawab akan keselamatan semua peserta, jadi bener-bener gak perlu khawatir boat nya akan terbalik dan hanyut selama menyusuri sungai. Aku awalnya bener-bener nervous,  tapi setelah rafting  dimulai, merasakan terkena cipratan air, boat  yang bergoyang-goyang mengikuti derasnya air, bikin semua rasa takut dan gugup itu hilang. Jadi bener-bener menikmati kegiatan tersebut selama 2 jam. 

(kebayangkan gimana kita menyusuri hutan belantara)

    Pemandangan selama menyusuri sungai Ayung bener-bener indah. Mata akan disuguhkan dengan pemandangan hutan belantara yang masih sangat asri. Sesekali juga terdengar suara monyet dan binatang-binatang lain yang membuat kegiatan tersebut terasa seperti didunia lain yang sangat jauh dari hiruk pikuk kota dan kendaraan. Di tengah-tengah perjalanan, semua peserta kegiatan rafting akan di minta untuk turun dari boat oleh instruktur dan berenang mengikuti arus sungai sampai akhirnya bertemu dengan air terjun yang sangat deras. Semua para bule itu terlihat sangat mengagumi keindahan alam Indonesia. Tapi tidak dipungkiri juga, sebagai orang Indonesia yang belum pernah melihat pemandangan seindah itu, akupun ikut tertegun. 

    Setelah sekitar 2 jam menyusuri sungai, akhirnya sampailah kami pada titik akhir. Untuk kembali ke tempat agency nya, kami harus jalan kaki lagi menyusuri hutan dan menaiki cukup banyak anak tangga. Ini lumayan melelahkan, karena setelah 2 jam rafting yang mana tangan terus bergerak mendayung, lalu setelah selesai harus menapaki banyak anak tangga menuju puncak, untuk aku yang gak pernah olahraga, ini bener-bener bikin ngos-ngosan dan berasa banget jomponya. Malu sih sebenernya, karena disitu aku termasuk yang paling muda sedangkan mereka semua rata-rata usianya udah diatas 26 tahun dan bahk rata-rata 30 tahun haha 

(can you spot me? dah kayak instrukturnya aja berada didepan para peserta yang lain haha)

    Dengan baju yang full tertutup serta basah kuyup, menambah bebanku untuk menyusuri hutan. Ditambah lagi baju yang aku pakek bukan yang terlalu mudah kering. Sedangkan para bule itu mereka hanya pakai bikini dan selama perjalanan menyusuri hutan dengan sinar matahari siang yang cukup menyengat, bikini mereka auto kering selama di perjalanan. Kebayang gak sih kalian gimana rasanya jadi satu-satunya makhluk dengan pakaian tertutup diantara mereka semua? Sedikit awkward, tapi gak mungkin jugakan ya aku bikinian kayak mereka haha 

    Sesampainya dipuncak, beberapa mobil pick up  semacam angkot sudah menunggu untuk membawa para peserta rafting kembali menuju agensi (ini gak perlu bayar lagi, karena udah termasuk biaya rafting). Setiba disana, semuanya ganti baju, bersih-bersih dan lanjut makan di buffet yang sudah disediakan. Tapi konyolnya, aku gak bawa baju ganti, karena gak kepikiran sama sekali kalau bakalan basah kuyup haha jadilah aku sendirian yang bener-bener basah kuyup tanpa ganti baju, sedangkan para bule yang hanya pakek bikini dan itupun bikininya udah kering dengan sendirinya, jadi mereka gak kedinginan dan sangat menikmati makanan yang disediakan. Lha sini gimana mau menikmati makanan dengan badan pegel dan baju basah kuyup? Sebuah pelajaran kalau lain waktu berkesempatan rafting lagi, jangan lupa bawa baju ganti yaa.

*ps : sayangnya aku gak bisa mengabadikan moment selama rafting karena gak berani bawa HP selama menyusuri sungai. Foto-foto yang tertera hasil jepretan salah seorang peserta.

Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya