Perjalanan Jogja - Bali Dengan Bus Hampir 24 jam

 

 Perjalanan ke Bali di akhir tahun 2021 lalu memang diluar rencana, karena emang gak kepikiran sama sekali bakalan ke Bali lagi dalam waktu dekat. Mungkin ini salah satu cara Tuhan menggantikan rencana perjalananku yang seharusnya ke Malaysia-Singapur tahun 2020 tapi gagal karena covid.  Dengan kondisi covid yang masih cukup tinggi, rasanya berlibur ke Bali benar-benar gak ada dalam to do list ku tahun itu. Karena emang tahun 2021 kegiatanku lebih banyak explore  kota sendiri (Jogja dan sekitarnya). 

    Tapi, suatu ketika diawal bulan November 2021, tiba-tiba teman lamaku Denitsa (sebut saja Deni) dari Bulgaria, menghubungiku dan ngabarin kalau dia akan ke Indonesia selama satu bulan. Bilangnya sih mau stay di Bali sama temen-temennya, tapi dia ngabarin kalau dia kemungkinan mau ke Jogja juga buat main ke rumahku lagi sekalian nostalgia waktu dia volunteering di Jogja selama satu bulan di tahun 2015 lalu. Tapi, tiba-tiba aku terbersit, "kenapa gak aku aja yang ke Bali sekalian liburan? Toh udah lama banget rasanya gak liburan jauh.".

    Tanpa berpikir panjang, aku langsung bilang ke temenku itu kalau aku aja yang ke Bali. Sat set sat set langsung deh ngatur budget  dan ngajuin cuti ke kantor (untung banget waktu itu masih punya jatah cuti lumayan banyak haha). Sebagai manusia low budget,  selain karena ngirit tapi juga karena  emang budget-nya terbatas, akhirnya aku memutuskan buat ke Bali lewat darat. Sebelumnya akhir tahun 2018 aku ke Bali lewat darat juga, tapi dengan kereta. Untuk kali ini, aku pengen ngerasain sensasi yang berbeda, akhirnya aku putuskan naik bus. Sebenernya tahun 2008 lalu waktu masih SMP juga pernah sih ke Bali study tour  naik bus, cumakan waktu itu rombongan sama temen-temen ya, dan kali ini bener-bener sendirian. Lumayan challenging  buat aku yang jarang banget naik bus apalagi sendirian. 

    Karena kali ini memutuskan naik bus, jadi aku coba cari bus yang murah tapi nyaman, karena perjalanannya gak singkat, kurang lebih 24 jam lah dalam perjalanan dari Jogja - Bali (Denpasar). Singkat cerita, dulu waktu masih SMP setiap pulang sekolah selalu naik angkutan bus, dan suatu ketika aku beberapa kali pernah mengalami kejadian yang kurang mengenakkan di dalam bus, jadi memang ini meninggalkan trauma tersendiri sih buat aku ketika naik bus, apalagi kalau duduknya terlalu berdempetan dengan penumpang lain (khususnya laki-laki). Jadi, untuk perjalanan kali ini, setelah riset terkait bus tujuan Jogja-Bali, aku memutuskan buat naik bus Tami Jaya.  Sebenernya, sempet juga di rekomendasiin salah seorang temen yang pernah ke Bali naik bus, dan ngerekomendasiin naik bus Gunung Harta. Tapi, setelah membandingkan dengan bus Tami Jaya, akhirnya aku putuskan buat naik Tami Jaya, salah satu alasan utamanya karena tempat duduk penumpangnya 1-1-1. Jadi, gak berdempetan sama penumpang lain, dan ini jujurly bikin aku ngerasa nyaman dan safe  banget selama perjalanan. 


     Biaya yang aku keluarin untuk one way perjalanan dengan bus ini sebesar Rp 310.00 (ini harga bulan november lalu ya, aku belinya di traveloka. Tapi kalau barusan aku cek harganya udah naik jadi Rp 330.000). Dengan uang segini, fasilitas yang di dapet itu satu kali makan malam prasmanan di daerah Jawa Timur, sudah termasuk tiket penyeberangan kapal fery dari Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Gilimanuk, selimut biar gak kedinginan selama di perjalanan, dan tentunya dapat air mineral botol dan pop mie kecil. Kalau gak salah bisa bikin teh, kopi, susu gitu sih di dalem busnya karena ada dispensernya. 

    Menurutku, busnya selain nyaman, tapi juga bersih. Drivernya juga enggak ugal-ugalan, dan yang aku suka banget pas aku naik bus ini, bapak driver nya tuh gak nyetel lagu dangdut, karena kebetulan aku gak suka di dalam bus nyetel dangdutan, karena bener-bener ganggu penumpang dan bikin mual. Jadi selama perjalanan berangkat ke Bali ini, alhamdulillah berjalan dengan sangat mulus dan tenang. 

    Buat yang mau nyoba naik bus ini, bisa berangkat dari terminal Giwangan, tapi bisa juga lho berangkat dari kantor cabangnya. Waktu itu aku naik dari kantor cabang Wirobrajan karena emang deket rumahku. Beberapa hari sebelum keberangkatan, penanggung jawab kantor cabangnya akan kirim pesan whatsApp ke penumpang terkait konfirmasi keberangkatan. Dan akan diinfokan jam berapa estimasi busnya berangkat dari kantor cabang tersebut. So,  buat kalian yang beli tiketnya via online travel agent, pastikan nomor yang kalian input saat pemesanan itu aktif ya, supaya mudah dihubungi oleh pihak busnya.

    Untuk rute Jogja-Bali, perjalanan di mulai sekitar pukul 12.00 siang. Sekitar waktu maghrib menjelang isya', sampailah di restoran prasmanan untuk makan malam. Aku lupa sih ini didaerah mana, cuma yang pasti ini sekitaran Jawa Timur dan masih beberapa jam untuk sampai ke Pelabuhan Ketapang. Setiap penumpang bus, akan di kasih nomor untuk ambil jatah makan prasmanannya dan nomor ini akan di kasih bapak driver sebelum turun dari bus. 



       Menjelang tengah malam, sampailah di Pelabuhan Ketapang. Karena waktu itu kebijakan pemerintah masih mengharuskan untuk menunjukkan hasil tes antigen sebelum melakukan penyeberangan, jadi driver akan melakukan pengecekan siapa aja yang udah bawa hasil tes antigen. Tapi untuk yang belum bawa, disediakan jasa tes antigen, jadi gak perlu khawatir. Untuk pengecekan hasil tes antigen ini sebenernya bukan sebelum kita masuk ke kapal, tetapi nanti setelah selesai penyeberangan dan sampai di Pelabukan Gilimanuk. Semua penumpang sebelum masuk ke bus, harus melewati pengecekan screening dan yang perlu di tunjukkan ke petugas hanya surat antigen dengan hasil negatif dan KTP. Setelah melewati proses itu barulah masuk ke bus dan melanjutkan perjalanan sampai Denpasar. 

    Waktu itu, aku sampai di Denpasar sekitar pukul 08.00 atau 09.00 pagi. Karena tujuanku langsung ke Ubud, jadi aku berhenti di kantor garasi Tami Jaya Denpasar (pemberhentian terakhir). Untuk yang mau berhenti disini, aku saranin pesen ojol 15 menit sebelum sampai ya, karena disini gak ada angkutan umum dan adanya cuma bapak-bapak ojek biasa. Tapi ada juga bapak ojek dengan jaket gojek/grab, cuma sayangnya waktu itu aku sempet kena scam. Aku tanya ke bapak yang pakek jaket ojol bisa enggak aku pesen via aplikasi. Bapaknya langsung bilang bisa, dan aku percaya aja dong. Kemudian sebelum naik motornya, aku tanya lagi, "saya pesen dulu ya pak di aplikasi", dan bapaknya jawab, "gak usah, gak bisa ini (dan berbagai alasan lain).". Karena udah males berdebat, udah capek banget sehari semalem di perjalanan, akhirnya aku tanya ajalah berapa ongkosnya dari denpasar ke Ubud. Waktu itu si bapaknya bilang 70 ribu, dan langsung aku iyain aja. Tapi selama di perjalanan, aku cobalah cek via aplikasi berapa biayanya, dan emang seharusnya cuma sekitar 50ribu wkwk tapi ya udahlah ya, untungnya selisihnya gak terlalu mahal dan bapaknya juga sopan dan gak ugal-ugalan nyetirnya. 

    Jadi, gimana? Ada yang berencana ke Bali dan mau nyobain rasanya naik bus? Kalau sekarang sih menurutku lebih efisien naik pesawat karena harga tiket pesawat udah banyak yang promo dan murah-murah ya, gak perlu antigen juga lagi hihi tapi, gak ada salahnya kok kalau kalian mau mencari pengalaman baru dengan ke Bali lewat darat, gak kalah serunya.

Comments

Popular posts from this blog

Ketangkep Petugas Mumbai Suburban Railway (Kereta Api) di Mumbai

Ubud Surganya Bule eh Bali Maksudnya

Keseruan Rafting di Ubud Bersama Para Bule dan Menjadi Minoritas